Sabtu, 06 Juni 2009

Tacolo la babasa...





''GAUL''. Itulah istilah yang sering dipakai untuk mengggambarkan anak muda jaman sekarang. Bukan hanya di kota besar di Indonesia, komunitas ''anak gaul'' skarang sudah banyak ditemukan di Ambon. Mulai dari gaya bicara, gaya berbusana sampai pada cara hidup.
Tak bisa dipungkiri bahwa pengawasan orangtua terhadap anak saat ini sangat kurang. Orang tua lebih sibuk dengan pekerjaan/bisnis mereka. Kepercayaan yang diberikan orangtua kepada anak pun salah digunakan. Anak sering mempergunakan waktu yang diberikan orang tua untuk sesuatu yang salah.
''mau rapat'',''mau kerja tugas'',''mau kerja kelompok'',dan segudang alasan lain yang biasa digunakan hanya untuk keluar untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Ancaman narkoba dan miras pun tak bisa diabaikan. Pergaulan yang salah akan sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.
Berbagai alasan sering digunakan untuk menjerat para penerus bangsa ini. Mulai dari ajakan untuk coba-coba yang diajukan teman sampai beribu alasan yang manis untuk membujuk sang anak mengikuti rayuan maut tersebut.
Sebuah realita yang tidak bisa dibohongi ialah narkoba sebagai syarat utama untuk menjadi anak gaul. Di Ambon sendiri, kasus narkoba yang mencengkram para pemuda mulai memasuki lingkungan Sekolah. dan ini merupakan ancaman serius bagi bangsa kita ke depan. Apa jadinya bangsa kita, jika dipimpin oleh orang-orang yang sudah terikat dengan narkoba?
Sebuah gambaran yang sangat memprihatinkan jika tidak diperangi sejak dini. Peran pemerintah,polisi,sekolah dan keluarga seolah-olah kalah ampuh dengan rayuan maut narkoba. Pemerintah lebih serius dengan masalah-masalah pembangunan fisik daripada pembangunan mental para pembangunnya. Para polisi seolah tak berdaya karena oknum polisi juga terlibat dalam jaringan yang menjanjikan uang dalam waktu cepat. Demikian juga ada berbagai alasan yang membuat keluarga dan sekolah juga begitu kurang tanggap terhadap masalah yang satu ini.
Tinggal kita sebagai para pemuda yang adalah pelaku pembangunan untuk lebih giat memerangi ancaman narkoba. Kita harus saling mengingatkan akan bahaya narkoba. Kita harus bisa membawa teman-teman kita keluar dari jeratan narkoba. Memberi semangat hidup bagi mereka dan menyemangati mereka untuk tetap bekerja keras.
Dari DEGU-DEGU, beta mau bilang awas jang sampe basudara dong tagae di jeratan narkoba.
Awas, jang sampe tacolo la babasa.....

Selasa, 02 Juni 2009

Guling-Guling di Degu-Degu

Bagi orang Ambon, isilah "degu-degu" sangat identik dengan tempat santai setelah bekerja, atau beristirahat pada waktu malam. Ada juga istilah lain yang mempunyai kesamaan fungsi dengan degu-degu yaitu "walang" dan "paparisa".

Baik istilah "degu-degu", "walang" dan "paparisa" sekarang sudah mulai hilang di mulut setiap remaja yang bertumbuh di masa "gaul". Penggunaan bahasa "gAuL" dalam berkomunikasi bahkan membuat "logat", "idem" orang Ambon mulai luntur. Padahal hal itu yang menjadi identitas masyarakat Ambon/Maluku pada umumnya.

Para remaja lebih suka berkomunikasi dengan "lu", "gue" daripada dengan "ale", "beta". Sebuah nilai yang sebenarnya telah "dicuri" secara tidak langsung oleh kaum "ABG". Padahal, kaum "ABG" yang ada di kota Ambon/Maluku semua berasal dari "Jujaro" dan "Mungare".

Dan yang lebih parah lagi, para "Jujaro deng Mungare" yang sempat menimba ilmu di luar Maluku lebih suka berkomunikasi dengan bahasa, dialeg dari tempat mereka menimba ilmu. Suatu hal yang sebenarnya sudah menjadi ancaman bagi budaya Maluku tapi kurang disadari oleh masyarakatnya.

Sebagai "Jujaro deng Mungare" yang ada di Maluku, mari sama-sama kita jaga dan lestarikan budaya yang hampir punah ini. Jangan sampai anak cucu kita tidak bisa menikmati warisan yang "tete deng nene moyang" titip untuk kita jaga.
Mari, "cakadidi par bangun katong pung Maluku ni"

"stenga sa su enak, apalai kong anteru lai....?"